Kamis, 03 Januari 2013

SAP KARDIOVASKULER


SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Masalah                       : Kardiovaskuler
Pokok Bahasan           : Kekurangan Darah
Sub Pokok Bahasan    : Talasemia
Sasaran
Sasaran Umum            : Peserta Yang Hadir Dalam Penyuluhan
Sasaran Khusus           : Mahasiswa STIKes Indramayu
Waktu                                     : 35 Menit
Tanggal
                      : November 2012
Tempat
                       : Kampus Keperawatan STIKes Indramayu

A.    Latar Belakang
Talasemia merupakan salah satu jenis  anemia hemolitik dan merupakan penyakit keturunan yang diturunkan secara autosomal yang paling banyak dijumpai di Indonesia danItalia. Enam sampai sepuluh dari setiap 100 orang Indonesia membawa gen penyakit ini. Pada talasemia terjadi kelainan pada gen-gen yang mengatur pembentukan dari rantai globin sehingga produksinya terganggu. Gangguan dari pembentukan rantai globin ini akan mengakibatkan kerusakan pada sel darah merah yang pada akhirnya akan menimbulkan pecahnya sel darah tersebut. Berdasarkan dasar klasifikasi tersebut, maka terdapat beberapa jenis talasemia, yaitu talasemia alfa, beta, dan delta.
B.     Tujuan
I.          Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah dilakukan penyuluhan , klien mampu memahami tentang talasemia
II.        Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah diberikan penyuluhan selama 35 menit, diharapkan klien dapat:
a.      Menyebutkan pengertian talasemia
b.      Mengetahui klasifikasi talasemia
c.      Pencegahan dan pengobatan talasemia
C.    Strategi Pelaksanaan
1.                  Metode Pembelajaran
Metode : Ceramah dan diskusi
2.                  Media
Infokus , laptop
3.                  Waktu dan Tempat
Acaranya Penyuluhan dilakukan di Kampus Keperawatan STIKes Indramayu Pukul 08.00-08.35 WIB
4.                  Garis Besar Materi
a.   Definisi talasemia
b.   Klasifikasi talasemia
c.    Pencegahan dan pengobatan talasemia
d.    Kesimpulan


Rincian Kegiatan Penyuluhan

A.    Pembukaan ± 5 menit
Penyuluh
Peserta
Memberi salam dan memperkenalkan diri
Menjawab salam
Menjelaskan tujuan penyuluhan dan tema penyuluhan
Mendengarkan



B.     Isi Materi + 25 menit

Penyuluh
Peserta
Menjelaskan materi penyuluhan mengenai pengertian, klasifikasi , pencegahan dan pengobatan penyakit thalasemia
Mendengarkan
Memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya tentang materi yang disampaikan
Mengajukan pertanyaan

C.     Penutup + 5 menit

Penyuluh
Peserta
Memberikan pertanyaan akhir sebagai evaluasi
Menjawab
Menyimpulkan bersama-sama hasil kegiatan penyuluhan
Mendengarkan
Menutup penyuluhan dan mengucapkan salam
Menjawab salam



5.                  Proses Pelaksanaan
a.         Kegiatan pra pembelajaran
         Mempersiapkan materi, media dan tempat
         Kontrak waktu
b.        Kegiatan membuka pembelajaran
         Memberi salam
         Perkenalan
         Menyampaikan pokok bahasan
         Menjelaskan tujuan
         Apersepsi


c.         Kegiatan inti
         Penyuluh memberikan materi
         Sasaran menyimak materi
         Sasaran mengajukan pertanyaan
         Penyuluh menjawab pertanyaan
d.        Kegiatan menutup pembelajaran
         Melakukan post test (memberi pertanyaan secara lisan)
         Menyimpulkan materi                   
         Memberi salam
6.                  Kriteria Evaluasi
Menanyakan pada peserta penyuluhan tentang :
a.      Definisi talasemia
b.      Klasifikasi talasemia
c.      Pencegahan dan pengobatan talasemia
d.      Kesimpulan





D.    Materi
A.        Pengertian
Talasemia merupakan salah satu jenis anemia hemolitik dan merupakan penyakit keturunan yang diturunkan secara autosomal yang paling banyak dijumpai di Indonesia dan Italia. Enam sampai sepuluh dari setiap 100 orang Indonesia membawa gen penyakit ini. Kalau sepasang dari mereka menikah, kemungkinan untuk mempunyai anak penderita talasemia berat adalah 25%, 50% menjadi pembawa sifat (carrier) talasemia, dan 25% kemungkinan bebas talasemia. Sebagian besar penderita talasemia adalah anak-anak usia 0 hingga 18 tahun.
B.        Klasifikasi talasemia
Pada talasemia terjadi kelainan pada gen-gen yang mengatur pembentukan dari rantai globin sehingga produksinya terganggu. Gangguan dari pembentukan rantai globin ini akan mengakibatkan kerusakan pada sel darah merah yang pada akhirnya akan menimbulkan pecahnya sel darah tersebut. Berdasarkan dasar klasifikasi tersebut, maka terdapat beberapa jenis talasemia, yaitu talasemia alfa, beta, dan delta.





TALASEMIA ALFA
Pada talasemia alfa, terjadi penurunan sintesis dari rantai alfa globulin. Dan kelainan ini berkaitan dengan delesi pada kromosom 16. Akibat dari kurangnya sintesis rantai alfa, maka akan banyak terdapat rantai beta dan gamma yang tidak berpasangan dengan rantai alfa. Maka dapat terbentuk tetramer dari rantai beta yang disebut HbH dan tetramer dari rantai gamma yang disebut Hb Barts. Talasemia alfa sendiri memiliki beberapa jenis.
1.      Delesi pada empat rantai alfa
Dikenal juga sebagai hydrops fetalis. Biasanya terdapat banyak Hb Barts. Gejalanya dapat berupa ikterus, pembesaran hepar dan limpa, dan janin yang sangat anemis. Biasanya, bayi yang mengalami kelainan ini akan mati beberapa jam setelah kelahirannya atau dapat juga janin mati dalam kandungan pada minggu ke 36-40. Bila dilakukan pemeriksaan seperti dengan elektroforesis didapatkan kadar Hb adalah 80-90% Hb Barts, tidak ada HbA maupun HbF.
2.      Delesi pada tiga rantai alfa
Dikenal juga sebagai HbH disease biasa disertai dengan anemia hipokromik mikrositer. Dengan banyak terbentuk HbH, maka HbH dapat mengalami presipitasi dalam eritrosit sehingga dengan mudah eritrosit dapat dihancurkan. Jika dilakukan pemeriksaan mikroskopis dapat dijumpai adanya Heinz Bodies.
3.      Delesi pada dua rantai alfa
Juga dijumpai adanya anemia hipokromik mikrositer yang ringan. Terjadi penurunan dari HbA2 dan peningkatan dari HbH.
4.      Delesi pada satu rantai alfa
Disebut sebagai silent carrier karena tiga lokus globin yang ada masih bias menjalankan fungsi normal.

TALASEMIA BETA
Disebabkan karena penurunan sintesis rantai beta. Dapat dibagi berdasarkan tingkat keparahannya, yaitu talasemia mayor, intermedia, dan karier. Pada kasus talasemia mayor Hb sama sekali tidak diproduksi. Mungkin saja pada awal kelahirannya, anak-anak talasemia mayor tampak normal tetapi penderita akan mengalami anemia berat mulai usia 3-18 bulan. Jika tidak diobati, bentuk tulang wajah berubah dan warna kulit menjadi hitam. Selama hidupnya penderita akan tergantung pada transfusi darah. Ini dapat berakibat fatal, karena efek sampingan transfusi darah terus menerus yang berupa kelebihan zat besi(Fe) Salah satu ciri fisik dari penderita talasemia adalah kelainan tulang yang berupa tulang pipi masuk ke dalam dan batang hidung menonjol (disebut gacies cooley), penonjolan dahi dan jarak kedua mata menjadi lebih jauh, serta tulang menjadi lemah dan keropos.

C.        Mutasi talasemia dan resistensi terhadap malaria
Walaupun sepintas talasemia terlihat merugikan, penelitian menunjukkan kemungkinan bahwa pembawa sifat talasemia diuntungkan dengan memiliki ketahanan lebih tinggi terhadap malaria. Hal tersebut juga menjelaskan tingginya jumlah karier di Indonesia. Secara teoritis, evolusi pembawa sifat talasemia dapat bertahan hidup lebih baik di daerah endemi malaria seperti di Indonesia.
D.        UJI TALASEMIA PRA-KELAHIRAN
Wanita hamil yang mempunyai risiko mengandung bayi talasemia dapat melakukan uji untuk melihat apakan bayinya akan mederita talasemia atau tidak. Di Indonesia, uji ini dapat dilakukan di Yayasan Geneka Lembaga Eijkman di Jakarta. Uji ini melihat komposisi gen-gen yang mengkode Hb.
E.        PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN
Untuk mencegah terjadinya talasemia pada anak, pasangan yang akan menikah perlu menjalani tes darah, baik untuk melihat nilai hemoglobinnya maupun melihat profil sel darah merah dalam tubuhnya. Peluang untuk sembuh dari talasemia memang masih tergolong kecil karena dipengaruhi kondisi fisik, ketersediaan donor dan biaya. Untuk bisa bertahan hidup, penderita talasemia memerlukan perawatan yang rutin, seperti melakukan tranfusi darah teratur untuk menjaga agar kadar Hb di dalam tubuhnya ± 12 gr/dL dan menjalani pemeriksaan ferritin serum untuk memantau kadar zat besi di dalam tubuh. Penderita talesemia juga diharuskan menghindari makanan yang diasinkan atau diasamkan dan produk fermentasi yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi di dalam tubuh. Dua cara yang dapat ditempuh untuk mengobati talasemia adalah transplantasi sumsum tulang dan teknologi sel punca(stem cell). Pada tahun 2009, seorang penderita talasemia dari India berhasil sembuh setelah memperoleh ekstrak sel punca dari adiknya yang baru lahir.

F.                 Kesimpulan Talasemia 
Merupakan salah satu jenis anemia hemolitik dan merupakan penyakit keturunan yang diturunkan secara autosomal.
a.   Klasifikasi talasemia
Talasemia Alfa
1.      Delesi pada empat rantai alfa
2.      Delesi pada tiga rantai alfa
3.      Delesi pada dua rantai alfa
4.      Delesi pada satu rantai alfa
 Talasemia Beta
b.     Mutasi talasemia dan resistensi terhadap malaria
c.     Uji talasemia pra-kelahiran
d.     Pencegahan dan pengobatan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar